Minggu, 25 Oktober 2009

Tanggap bencana gempa sumatra barat

BANDUNG, itb.ac.id - Gempa berkekuatan 7,6 sr yang terjadi di Sumatra Barat pekan lalu telah membangkitkan kepedulian di berbagai kalangan. Memiliki banyak mahasiswa yang berasal dari Sumatra Barat, berbagai langkah telah dilakukan oleh ITB, baik dari kalangan akademisi maupun mahasiswa. Tim pendahulu dari dosen dan mahasiswa telah diberangkatkan untuk mensurvey daerah bencana. Sementara berbagai pihak yang berminat menjadi donatur dapat menyalurkan bantuannya melalui posko Ganesha Rescue di Ruang 28 Campus Center Barat atau melalui rekening ITB.Lima orang perwakilan ITB telah diberangkatkan ke daerah bencana di Sumatra Barat pada sabtu (03/10/09). Mereka adalah dosen Teknik Sipil, Ir. Iswandi Imran, MA.Sc,Ph.D; Perwakilan Tim Mitigasi bencana PAU, Dr. Ir. I Wayan Segara; Dosen Program Studi Geofisika dan Meteorologi, Dr. A. Nanang T. Puspito; serta dua mahasiswa ITB yaitu Dharma Eka Putra (T.Mesin '05), dan Adhi Utama (T. Industri'05). Para perwakilan ini bertugas mendirikan posko ITB, berkoordinasi dengan berbagai pihak di lokasi bencana, serta terus menjalin komunikasi dengan tim yang berada di ITB untuk penyaluran bantuan. Dari pihak akademisi, tanggap darurat dikoordinasikan oleh tim dari LPPM.Sebagai respon terhadap bencana gempa di Sumatra Barat, Senin (05/10/09), Keluarga Mahasiswa ITB membentuk satuan koordinator pelaksana (Satkorlak) yang diketuai oleh Arvi, salah satu mahasiswa yang berasal dari Sumatra Barat. Satkorlak yang beranggotakan perwakilan-perwakian mahasiswa dari himpunan dan unit memiliki tugas menggalang dana, update sistem informasi, dan recovery serta rehabilitasi daerah bencana. Belajar dari pengalaman penanggulangan bencana gempa Jawa Barat, Satkorlak dirasa perlu untuk mengkoordinasikan gerakan pengabdian masyarakat mahasiswa ITB.Sebelumnya, Unit Kebudayaan Minangkabau (UKM) ITB juga telah berinisiatif menggalang dana dari mahasiswa dan masyarakat umum secara sporadis. Dari kegiatan tersebut, terkumpul dana sebanyak sekitar enam juta rupiah. Pendataan juga dilakukan terhadap mahasiswa ITB yang berasal dari Sumatra Barat dan menurut rencana akan diberikan beasiswa biaya hidup bila orang tua yang bersangkutan kesulitan mengirimkan dana akibat gempa.Hingga Kamis (08/10/09), beberapa bantuan yang telah masuk ke tangan satkorlak mayoritas berbentuk dana, namun jumlahnya belum dapat dipastikan. Sedikitnya sekitar enam juta rupiah - dana yang telah masuk sebelumnya, akan dialokasikan untuk membeli logistik berupa tenda, makanan bayi, penjernih air, obat diare, selimut, dan makanan berupa sarden dan kornet. Logistik yang masuk dari donatur masih sedikit, karenanya diharapkan mahasiswa dapat lebih tergerak hatinya untuk membantu. Kabinet Keluarga Mahasiswa ITB sendiri dibantu oleh himpunan mahasiswa telah menyebarkan kotak sumbangan di berbagai program studi sebagai bentuk penggalangan dana. Menurut rencana, Kamis (08/10/09), mahasiswa dari Himpunan Mahasiswa Geologi (GEA) bersama dengan Himpunan Mahasiswa Tambang (HMT) akan mengadakan konser amal pada pukul 17.00 di Selasar Campus Center ITB. Konser amal juga akan kembali diadakan pada tanggal 16 Oktober 2009.Bagi mahasiswa, civitas akademika ITB, maupun kalangan umum yang berminat memberikan bantuan dapat langsung menyerahkannya di posko Ganesha Rescue, Campus Center Barat Ruang 28 ataupun melalui rekening ITB di Rekening ITB Peduli, No. Rekening 901110001 PT. Bank BNI (Persero) Tbk. Cabang PTB Jalan Taman Sari no. 80 Bandung

Gempa di sumatra mengubah peta dan rotasi bumi

Minggu pagi tanggal 26 Desember, pada penghujung tahun lalu, hanya dalam hitungan jam, lebih dari 100,000 jiwa melayang. Bencana ini memang tidak dapat dipandang lagi sebagai sekedar bencana nasional bagi beberapa negara. Ini adalah tragedi kemanusiaan internasional. Tsunami yang menjadi salah satu ekses gempa ini menyapu ribuan kilometer pantai di sekitar lautan Hindia. Bahkan tercatat ada korban hingga di Timur Afrika.Gempa yang terjadi pada daerah subduksi (penunjaman) sepanjang 1200 km ini memang dasyat. Tercatat skala magnitudo gempa adalah 9.0; artinya, gempa ini setara dengan energi yang dikeluarkan dari ledakan 32 milyar TNT! Rekor terakhir gempa sebesar ini adalah gempa di Chili tahun 1960. Gempa yang terjadi pada pada daerah subduksi antara Lempeng Hindia (Indian Plate) dan Lempeng Mikro Burma (Burma Microplate) ini membuat Indonesia harus memetakan kembali wilayahnya. Ken Hudnut, staf ahli US Geological Survey mengatakan bahwa gempa diperkirakan telah menggeser pulau-pulau kecil sejauh 20 meter. Sementara wilayah barat laut Sumatera bergeser 36 meter ke barat daya. Menurut Bill McGuire, geofisis dari University College London, UK, slip yang menyebabkan keruntuhan sebesar 15 meter ini membuat pulau-pulau di kepulauan Andaman dan Nicobar naik; sementara itu, tinggi permukaan laut di kota Banda Aceh naik. Hal serupa juga diungkapkan oleh Stuart Sipkin, geofisis dari USGS National Earthquake Information centre. Secara lebih detail, Sipkin mengatakan bahwa perubahan permukaan Bumi yang terjadi cenderung vertikal. Gempa ini menyebabkan lempeng Hindia melasuk lebih dalam ke bawah lempeng Burma sehingga menyebabkan “uplift”. Minggu pagi tanggal 26 Desember 2004 ini Bumi benar-benar bergetar. Bumi dapat dianalogikan sebagai sebuah gasing yang berputar. Sebuah sentuhan tangan (vektor gaya dari luar gasing) dapat membuat gasing itu berputar tidak stabil. Hal inilah yang terjadi hari Minggu kelam itu. Bedanya, vektor gaya yang menyebabkan Bumi bergetar tidak stabil adalah dari dalam, yaitu dari tenaga endogen Bumi, tepatnya gempa. Ilmuwan NASA memperkirakan bahwa kemiringan Bumi kini bertambah 2,5 cm akibat gempa ini. Selain itu, periode rotasi Bumi berkurang sekitar tiga mikrosekon akibat gempa ini.

Pendapat dari petinggi petinggi

Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Aburizal Bakrie menyebut, dampak gempa di Padang setara dengan gempa di Yogyakarta tiga tahun silam. Lebih lanjut Aburizal Bakrie mengatakan, pemerintah sudah menyediakan dana bantuan sebesar 100 miliar rupiah untuk korban gempa.
Wakil Presiden Jusuf Kalla menjelaskan pengiriman bantuan tenaga medis, "Besok dikirim dokter dari Jakarta, Medan, dan dari Palembang. Total 100 dokter. Dari Medan sudah bergerak, Palembang sudah bergerak, mendirikan rumah sakit darurat dan itu permintaan yang sangat penting dari walikota sana. Laporannya yang terberat itu Pariaman.“
Pemerintah juga meminta Angkatan Laut untuk menyiapkan kapal rumah sakit untuk membantu penanganan korban gempa di Sumatra Barat. Langkah ini diambil menyusul ambruknya RS Umum M Jamil yang merupakan fasilitas kesehatan utama di kota Padang.
Fasilitas rumah sakit terapung tersebut merupakan bagian dari Armada Timur TNI AL yang berpangkalan di Surabaya. Pemerintah menyatakan sudah mengoordinasikan dengan TNI AL agar menyiapkan dan memberangkatkan kapal tersebut ke Padang. Dijadwalkan kapal tersebut tiba di Padang dalam waktu tiga hari.
Guncangan gempa juga terasa sampai ke Jakarta, Singapura dan Kuala Lumpur dan mengakibatkan para pekerja di gedung-gedung bertingkat berhamburan keluar. Pusat Peringatan Bahaya Tsunami di Hawaii sebelumnya mengeluarkan peringatan tsunami sesaat setelah gempa, namun kemudian mencabutnya.

Akibat dari gempa sumatra barat

Dalam waktu kurang dari 24 jam dari bencana gempa bawah laut yang menimbulkan gelombang laut raksasa tsunami di kepulauan Samoa, kawasan Pasifik, Indonesia juga diguncang gempa.
Gempa tersebut berkekuatan 7,6 skala Richter, mengguncang pesisir pantai barat Sumatra, tepatnya berjarak 50 km dari pantai kota Padang.
Menurut keterangan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, tak lama dari gempa pertama, sejumlah rentetan gempa susulan juga mengguncang. Dua di antaranya berkekuatan hingga 6 skala Richter.
Dikhawatirkan ribuan warga terperangkap di bawah reruntuhan bangunan rumah dan fasilitas umum lainnya seperti hotel, pasar, rumah sakit dan rumah ibadah. Hujan deras dan putusnya aliran listrik menyulitkan petugas penyelamat mengevakuasi korban gempa. Hingga berita ini diturunkan, pemerintah menyatakan terdapat 75 jenazah korban yang berhasil dievakuasi.
Priyadi Kardono, juru bicara Badan Penanggulangan Bencana Nasional mengatakan sekitar 500 rumah hancur dan 100 orang masih terjebak di bawah reruntuhan. Pemerintah mencemaskan, jumlah korban tewas dapat meningkat hingga seribu.
Wakil Presiden Jusuf Kalla di Jakarta mengatakan segera mengirimkan bantuan berupa peralatan medis dan peralatan berat.
Diungkapkannya, "Besok dua pesawat Hercules dikirim untuk membawa tenda-tenda, obat-obatan dan sebagainya. Di samping itu ada dua pesawat lainnya. Selain itu kapal laut dipersiapkan untuk mengirim peralatan berat dan alat lainnya dari PU dan juga dari instansi lain sehingga besok di bawah pimpinan Menkokesra, enam menteri akan berangkat, menilai dan melaporkannya ke presiden besok lusa.”
Gempa di pesisir barat pulau Sumatra tersebut juga mengakibatkan bencana tanah longsor di sekitar Danau Maninjau, berjarak sekitar 70 km ke arah utara dari Padang. Tanah longsor tersebut mengakibatkan puluhan rumah hancur.

Gempa Sumatra barat

Terjadi kembali gempa bumi di Sumatera Barat (Sumbar),gempa yang terjadi pada sore hari tadi menimbulkan banyak kerusukan struktural dan menurut lansiran berita di televisi bahwa getaran gempa di padang tersebut terasa di Mentawai,Jambi,Singapura hingga Malaysia,lihat cuplikannya:
Gempa berkekuatan 7,6 skala Richter mengguncang wilayah Sumatera Barat. Gempa merusakkan sejumlah rumah dan pusat perbelanjaan."Banyak rumah yang roboh dan Plaza Andalas rusak parah," kata Anton, penduduk Padang, saat berbincang dengan VIVAnews, Rabu 30 September 2009.Informasi dari Badan Klimatologi, Meteorologi dan Geofisika, gempa 7,6 SR itu terjadi pada pukul 17.16.09 WIB, Rabu, 30 September 2009.Gempa terjadi di lokasi 0.84 Lintang Selatan dan 99.65 Bujur Timur. Pusat gempa berada di arah 57 kilometer barat daya Pariaman, Sumatera Barat.Pusat Peringatan ini mengatakan, jika tsunami terjadi, maka akan menjangkau Padang, Sumatera Barat, hanya dalam beberapa menit setelah gempa terjadi pukul 17.17 Waktu Indonesia Barat.